Advertisement

Profesor FK UGM Adi Utarini Gelar Konser dan Sumbangkan Penjualan Tiket kepada Yayasan Kanker

Salsabila Annisa Azmi
Jum'at, 04 Mei 2018 - 03:25 WIB
Nina Atmasari
Profesor FK UGM Adi Utarini Gelar Konser dan Sumbangkan Penjualan Tiket kepada Yayasan Kanker Konser amal Prof Adi Utarini. - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dosen-dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM mencoba mengembangkan konsep filantropi melalui musik untuk membantu penderita kanker di DIY. Mereka menggelar Konser Amal Life Passion and Music, Sabtu (5/5) besok di 2018 di Auditorium Driyakarya Universitas Sanata Dharma. Profesor Adi Utarini menjadi bintang utama. Seluruh hasil penjualan tiket akan disumbangkan ke Yayasan Kanker Indonesia Jogja.

Saat jumpa pers di Grha Joglo Alumni FKKMK UGM, Kamis (3/5), Adi Utarini atau yang akrab disapa Prof Uut menimang sebuah buku bersampul hitam berjudul Adi Uttarini Akademisi yang Merayakan Musik. Buku berisi perjalanan Uut dalam bermusik sekaligus bergelut menjadi akademisi itu diluncurkan dua hari sebelum konser.

Advertisement

Bukannya bermaksud sombong, tetapi guru besar Fakultas Kedokteran UGM itu sungguh ingin generasi muda dan para rekan sejawat menerima pesan-pesan yang dia sampaikan dalam buku tersebut. Hobi apa pun yang dimiliki seseorang bisa menemani perjuangan karier sekaligus berfaedah bagi manusia asal kesukaan itu dijalani sungguh-sungguh.

“Menggelar konser tentu bersenang-senang, tetapi kegiatan kemanusiaan pun bisa kita galang dari hobi yang kita tekuni,” kata Uut yang menyambut media dengan busana putih bersih.

Dalam buku itu, Uut menceritakan sang suami yang mendampingi hidupnya selama 30 tahun ini, Iwan Dwiprahasto, selalu mengajarkannya konsep filantropi, kedermawanan. Suaminya sering menyampaikan petuah lebih baik menolong daripada ditolong. Kalau ikhlas, insyaallah pada saat dirinya kekurangan akan selalu ada jalan keluar.

Menurut Uut, hasil penjualan buku itu akan digunakan untuk membiayai konser amal FKKMK UGM selanjutnya. Dia mengungkapkan alasan paling personal mengapa mau berjibaku dalam konser amal dan menyalurkan seluruh bakat bermusiknya untuk membantu para penderita kanker. Selain mengapresiasi semua orang yang telah berperan dalam keberhasilan karier akademiknya, Uut juga pernah secara langsung merasakan perjuangan mendampingi sang suami melawan kanker darah.

“Suami saya pada 2014 divonis leukemia. Alhamdulillah, sekarang kondisi fisiknya sudah sangat baik. Dari situ saya tahu, yang berjuang melawan kanker tidak hanya pasien. Keluarganya juga betul-betul mengalami perjalanan hidup yang tidak mudah. Ini yang buat saya tersentuh, saya dedikasikan semua ini untuk mereka [penderita kanker],” kata Uut.

Konser Amal Life Passion and Music akan dihelat dalam lima babak selama kurang lebih 2,5 jam. Bajak ada 150 penampil yang mendampingi Uut, antara lain SKE Band, Jodi Vishnu MPH, Paramaksi Plus, Putri K Larasati, Gadjah Mada Chamber Orchestra, Oldies Section Band, dan Line Dance.

Musikolog Erie Setiawan menjadi director assistant. Erie yang kali pertama mencetuskan ide penerbitan buku Uut.

Dari luar kota, produser konser dan ahli kebijakan kesehatan dari FKKMK UGM, Prof. Laksono Trisnantoro menyapa media melalui teleconference. Lewat layar proyektor yang dipacak di dekat tempat duduk Uut, Laksono langsung menanggapi apa yang dipaparkan Uut. Laksono kemudian menjelaskan konser amal ini diharapkan membentuk sebuah konsep bahwa karya seni musik sebaiknya dikembangkan menjadi suatu hal yang dapat membantu masyarakat kurang mampu.

“Tujuannya konser ini jelas paling utama adalah beramal. Kemudian bicara mengenai apakah ada semangat beramal di DIY? Jawabannya masih, karena sekarang hasil penjualan tiket konser amal mencapai Rp300 juta,” kata Laksono.

Kurang Biaya

Laksono kemudian memaparkan penderita kanker yang bergabung dalam Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jogja tidak hanya dari DIY, malah kebanyakan dari luar DIY. Beberapa pasien berasal dari keluarga tidak mampu yang tak mampu menanggung seluruh biaya pengobatan. Menurut dia, masih banyak biaya tak terduga yang tidak terkover oleh jaminan kesehatan yang disediakan BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, para dosen tersebut mencoba meneliti apakah dana kemanusiaan yang dihasilkan dari konser musik ini berpotensi untuk membantu membiayai pengobatan rumah sakit.

Laksono menaksi dana kesehatan seluruh pasien kanker se-DIY mencapai Rp5 miliar. Dia kemudian mengajak berhitung. Jika seorang artis terkenal setuju diajak berpartisipasi dalam konser amal, kemungkinan besar tiga juta penonton didapat. Jika 10% atau 300.000 orang ingin menyumbang dengan membeli tiket Rp100.000 saja, uang Rp30 miliar bakal terkumpul.

“Berapa banyak yang bisa masuk melalui konser amal? Ini kami baru sebagian kecil dari potensi [dana kemanusiaan] yang bisa digali,” kata Laksono.

Hasil penjualan tiket Konser Amal Life Passion and Music akan disumbangkan ke YKI Jogja guna menambah ongkos pembangunan rumah singgah penderita kanker. Laksono dengan tegas menyatakan para dosen ini tidak ingin mengeruk untung.

Biaya operasional konser disokong sponsor yang diperoleh berkat jaringan luas para dosen. Bahkan 150 penampil tak akan mendapat bayaran.

Saat ini YKI punya rumah singgah di Sendowo, Mlati, Sleman, yang memiliki 13 kamar. Empat kamar digunakan anak-anak dan sisanya untuk dewasa. YKI masih memiliki lahan yang cukup luas dan berencana menambah 32 kamar untuk pasien.

“Harapannya konsep dana kemanusiaan ini bisa terus berkembang. Kemungkinan akan ada lagi konser amal tapi untuk penderita penyakit lain,” kata Laksono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ribuan Calon Jemaah Haji Sleman Mulai Ikut Manasik

Sleman
| Sabtu, 20 April 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Film Dua Hati Biru Ajarkan Para Aktor Belajar Mengelola Rumah Tangga

Hiburan
| Sabtu, 20 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement