Advertisement

Film Indonesia Masih Dinanti Penonton

Rayful Mudassir
Jum'at, 20 Juli 2018 - 19:35 WIB
Maya Herawati
Film Indonesia Masih Dinanti Penonton Foto ilustrasi perfilman - ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Kehadiran film Dilan 1990 dirasa menjadi salah satu pertanda industri perfilman Tanah Air masih terus berkembang. Ceruk pasar yang semakin membaik membuat pelaku dunia cinematografi ini masih optimis garapan anak negeri masih diminati oleh masyarakat.

Dilan 1990 menjadi salah satu contoh film tersukses tahun ini. Film yang disutradarai oleh Pidi Baiq ini mampu menorehkan catatan penonton mencapai 6,3 juta orang. Film Indonesia nyatanya masih mampu memberi kontribusi apik di tengah gempuran film asing yang mendominasi pasar Indonesia.

Advertisement

Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia Fauzan Zidni mengatakan, perkembangan film produksi dalam negeri masih cukup menjanjikan akiban minat masyarakat dalam menikmati sajian yang kian berkualitas.

Berdasarkan data yang disampaikan Fauzan, pencapaian angka box office Indonesia masih cukup baik dengan total mencapai 25 juta pentonton pada semester I/2018. Jumlah ini melonjak signifikan sekitar 28% dari tahun sebelumnya di angka 17 juta penonton pada periode yang sama.

“Dari 20 film terlaris di Indonesia tahun ini, sembilan diantaranya adalah film nasional,” kata Fauzan.

Setidaknya tercatat enam film garapan dalam negeri mampu meraup jumlah penonton di atas satu juta orang. Di puncak teratas bertengger Dilan 1990 kemudian disusul Danur 2: Maddah (2,5 juta penonton), #Teman Tapi Menikah (1,6 juta penonton), Jailangkung 2 (1,4 juta), Kuntilanak (1,2 juta) dan Eiffel... Im In Love 2 yang memperoleh 1 juta pentonton.

Menurutnya selama ini diproduksi film dalam negeri masih menyasar tiga genre, yakni drama, horor dan komedi. Dominasi ini disebabkan sebagian besar produksi masih jarang menggarap genre lain seperti action atau film thriller. Meski terdapat pula produser yang bermain di ranah lain, namun secara statistik produksi masih didominasi oleh tiga genre tersebut.

“Tahun lalu kita [Indonesia] punya Pengabdi Setan. Sebelumnya Warkop, tahun ini Dilan 1990. Tiga tahun terakhir yang banyak di tonton adalah komedi, horor dan drama. Kemudian 10 besar film box office indonesia rata-rata memang komedi dan horor,” tuturnya.

Pertumbuhann penonton film nasional tercatat sebanyak 42,7 juta orang pada 2017. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan dengan tahun 2016 yang membukukan 37,2 juta penonton.

Saat ini kata Fauzan, perfilman Indonesia masih dalam momentum yang cukup positif. Aprofi bahkan menargetkan angka penonton dapat meningkat pesat hingga 25%  tahun ini. Jika target tercapai, jumlah tersebut merupakan pencapaian yang sangat baik untuk industri film dalam negeri.

 

Mayoritas Minim Penonton

Kendati demikian perfilman Indonesia juga mengalami beberapa masalah. Mayoritas film garapan dalam negeri atau sekitar 60% - 70% total dari jumlah produksi, tidak mampu menembus jumlah penonton di atas 100.000 orang.

Kondisi ini membuat rumah produksi tekor. Jika biasanya ongkos produksi berada di kisaran Rp3 miliar – Rp5 miliar, rumah produksi hanya memperoleh sekitar Rp1,5 miliar – Rp1,7 miliar karena kekurangan penonton.

Dari segi produksi, Indonesia terkendala beberapa hal seperti tidak banyaknya penulis skenario berkualitas dan aktor yang itu-itu saja. Namun pemilihan aktor yang tidak biasa juga menjadi tantangan sendiri. Hal itu disebabkan kedekatan aktor dengan penonton biasanya berpengaruh pada jumlah penonton pula.

Di sisi lain, tidak banyak film yang mampu mempromosikan produksinya secara maksimal. Biasanya hal ini disebabkan dari dana yang terbatas. Alhasil meski ditayangkan di sejumlah bioskop, jumlah penonton diluar ekspektasi karena tidak diketahui oleh banyak penonton.

“Belum lagi banyak film asing yang tayang bersamaan dan kita harus bisa berkompetisi baik secara kualitas dengan film asing ini. Akhirnya pemilihan tontonan diserahkan ke penonton,” katanya.

Persaingan film dalam dan luar negeri dinilai masih cukup sehat. Aprofi menilai harga tiket yang dipatok untuk film asing dan dalam negeri sama.

Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan film Indonesia masih memiliki penonton setia apalagi di daerah. Masyarakat luar Ibu Kota umumnya lebih tertarik dengan produksi Tanah Air.

Sebagai pengusaha bioskop nongrup, Jhonny bahkan memberikan waktu lebih lama bagi produksi film anak negeri. Film Indonesia umumnya diberikan waktu sekitar satu minggu jika meskipun jumlah penonton minim. Sementara bagi produksi asing hanya diberikan waktu sekitar tiga hari jika tayangan yang disuguhkan tidak menarik minat masyarakat.

Kendati perkembangan film semakin baik, Jhonny tidak menutup mata masih banyak film nasional yang memperoleh jumlah penonton sangat sedikit sampai hanya 20.000 penonton. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa diantaranya soal pemilihan artis, momen penayangan hingga iklan yang kurang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Puluhan Kilogram Bahan Baku Petasan Disita Polres Bantul

Bantul
| Kamis, 28 Maret 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement