Advertisement

Topeng-Topeng Mesemeleh ala FKY & Musik yang Sulit Dicerna

I Ketut Sawitra Mustika
Selasa, 24 Juli 2018 - 14:25 WIB
Budi Cahyana
Topeng-Topeng Mesemeleh ala FKY & Musik yang Sulit Dicerna Kirab FKY - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 30 dibuka dengan pawai seni dalam bentuk karnaval topeng, Senin (23/7/2018). Topeng dijadikan simbol dari perbedaaan sifat manusia. Pesannya: perbedaaan hendaknya dirayakan dengan senyuman dan rasa ikhlas, persis seperti tema FKY 30, Mesemeleh. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com I Ketut Sawitra Mustika.

Seorang wanita, dengan kostum merah menyala, topeng, mahkota dan sayap merak yang mengembang, menari dengan gemulai membelah kerumunan manusia di Malioboro. Sekilas ia tidak terlihat seperti penari, tetapi mutan di film X-Men yang menggunakan sayapnya sebagai senjata untuk membunuh mutan lainnya.

Advertisement

Diiringi alunan musik dari drumben Projotamansari, si wanita burung terus meliuk-liuk. Mengundang masyarakat, wisatawan, juru potret untuk mengarahkan moncong lensanya hanya kepada dirinya semata.

Sejurus kemudian, di belakang si wanita burung, menyusul sejumlah bregada dengan topeng panji merah menyala, yang kata MC menyimbolkan semangat yang membara. Rombongan itu juga ditemani kendaraan yang mengangkut maskot FKY 30: sebuah topeng panji berwarna putih dengan rambut ala tokoh-tokoh pewayangan dan memiliki tubuh layaknya hewan melata.

Topeng panji merupakan simbol bayi kalangan bangsawan yang baru lahir ke dunia sekaligus cermin dari sublimasi kewibawaan serta ketenangan. Dalam falsafah Jawa, topeng panji menggambarkan filosofi kehidupan dan budi yang luhur serta penyerahan diri kepada Tuhan.

“Kami mengangkat topeng panji karena dari Dinas Kebudayaan DIY saat ini sedang mengampanyekan topeng panji,” kata Roby Setiawan, Ketua Umum FKY 30 di sela-sela karnaval topeng.

Karnaval topeng dimulai sekitar pukul 16.00 WIB, molor satu jam dari jadwal awal. Pawai diawali dari Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali, melintas sepanjang Malioboro dan berakhir di Titik Nol Km. Kegiatan ini dimeriahkan 29 kontingen yang terdiri dari kelompok seni, komunitas kreatif, pusat latihan tari, sanggar seni, serta perwakilan kabupaten dan provinsi dari luar DIY.

Selain topeng tradisi semacam topeng panji dan topeng fantasi ala wanita burung, dalam karnaval topeng itu juga ada beberapa topeng lain dari luar Bumi Mataram. Misalnya, rombongan dari Kalimantan Timur yang mengenakan topeng berhidung lebih mancung dari Pinokio. Ukuran topeng asal tanah Borneo itu jauh lebih besar daripada topeng panji, bahkan sampai menutupi leher dan kepala sepenuhnya.

Lalu ada juga topeng rangda dari Bali. Rangda merupakan ratu dari para leak dalam mitologi Bali. Rangda umumnya digambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan: mata melotot, hidung besar yang penyek, lidah yang menjulurkan api, dan taring ala harimau gigi pedang.

Dipilihnya topeng dalam pawai seni pembukaan FKY 30, kata Roby, tidak hanya untuk mendukung program Dinas Kebudayaan DIY, tetapi juga punya keterkaitan yang erat dengan tema FKY 30 yakni Meselemeh. Mesemeleh berasal dua kata, yaitu mesem yang berarti senyum dan semeleh yang bermakna ikhlas atau nrima bagi orang Jawa.

Kemudian Roby memaknai topeng sebagai penggambaran sifat manusia yang berbeda-beda. Bagi manusia dengan prinsip meselemeh, perbedaan, baik itu etnis, bahasa dan tentu saja agama, tidak dipandang sebagai ancaman, tetapi sebagai keberagaman yang senantiasa membuat kehidupan selalu dinamis dan menarik. Karena itulah perbedaan akan disambut dengan tawa dan keikhlasan.

“Alasan pawai seni ini dikemas dalam bentuk karnaval topeng karena kami ingin mempersembahkan karnaval yang menggambarkan penerimaan atas sifat manusia yang berbeda-beda, tetapi tetap dalam format yang komunal. Sifat yang berbeda-beda itu diperlihatkan dengan topeng yang digunakan dalam pawai. Topeng ini bisa memperlihatkan sifat yang berbeda sekaligus menunjukkan keseragaman pada saat yang bersamaan,” tutur Roby.

Pusat Kebudayaan

Selama berlangsungnya pawai, jalan sepanjang Malioboro ditutup. Karnaval topeng diawali dengan pemukulan kentongan titir di panggung depan Gerbang Barat Kompleks Kepatihan oleh Roby dan Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Gatot Saptadi, yang ketika itu ditemani beberapa pejabat teras di lingkungan Pemda DIY.

Pemukulan kentongan dipilih oleh penyelenggara dalam pembukaan FKY 30 karena kentongan titir merupakan sarana komunikasi tradisional yang dianggap masih relevan.

“Mengacu pada tema Mesemeleh, berkomunikasi adalah cara sederhana yang dapat digunakan untuk memahami dan berkumpul bersama. Seperti halnya rapat RT/RW di kampung-kampung, selain untuk bersilaturahmi, rapat RT/RW juga merupakan sarana komunikasi warga,” ujar Setyo Harwanto Ketua Ketua III FKY 30.

Selepas pemukulan kentongan, acara pembukaan dilanjutkan dengan penampilan band eksperimental ternama asal DIY, yakni Senyawa. Penampilannya, jujur saja, terlalu sulit untuk dicerna awam. Vokalisnya sepanjang lagu hanya menggeram, berteriak dan melafalkan kata-kata yang tidak mudah ditangkap telinga. Musik yang mengiringi vokal itu juga hanya satu instrumen, yang terlihat seperti gitar, tetapi lebih mirip sebilah bambu yang dipasangi senar.

Namun, duo Senyawa ini bukan musisi sembarangan. Dalam dua tahun belakangan ini, Senyawa punya reputasi cukup mentereng hingga Eropa sana.

“Kami memilih Senyawa untuk turut dalam rangkaian pembukaan FKY karena kelompok musik ini menunjukkan progresifitas seni musik Nusantara yang berkembang di DIY. Ini bisa dimaknai bahwa Senyawa mengalami masa-masa puncak dari kehidupan seni musik DIY dan diterima oleh dunia. Perkembangan yang sangat signifikan ini dapat diterima sebagai wujud semeleh atas perkembangan yang ada,” ungkap Ishari Sahida, Ketua II FKY 30.

Setelah penampilan Senyawa, yang membuat beberapa orang terheran-heran itu, karnaval topeng yang ditunggu-tunggu ribuan orang akhirnya dimulai.

Pawai dan upacara pembukaan itu menandai secara resmi dimulainya FKY 30, yang akan berlangsung selama 18 hari. Selama periode itu, festival ini akan menyajikan program-program unggulan macam pasar seni bagi seniman, kelompok dan UKM industri kreatif; panggung pertunjukan, panggung senyap, workshop dan lomba kreatif, pameran seni rupa, bursa seni, diskusi seni, bioskop FKY, pertunjukan teater, pembacaan prosa, serta pertunjukan kontemporer berkolaborasi dengan Jogjakarta Video Mapping Project. Tahun ini FKY masih dipusatkan di Kompleks Planet Pyramid, Bantul.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di FKY 30 ini, selain ada pawai pembukaan, akan digelar pula Pawai Mesemeleh yang diikuti oleh perwakilan kabupaten-kabupaten dan kota di DIY. Acara ini akan diselenggarakan pada 7 Agustus 2018 di Jl. Malioboro.

Gatot Saptadi, dalam sambutannya, mengatakan perhelatan FKY selalu ditunggu-tunggu oleh para insan seni setiap tahunnya, karena DIY dikenal sebagai pusat kebudayaan di Indonesia. Keberadaan FKY 30 ini juga akan memperlihatkan kreativitas para seniman di Bumi Mataram dan semakin memacu seniman lainnya untuk berkarya secara maksimal.

“Saya mengajak semua lapisan masyarakat untuk mengubah image, agar seni tradisional dan kontemporer punya peluang sama. Pentas seni juga tidak harus di panggung, di Malioboro juga bisa. FKY merupakan kegiatan yang mengandung arti strategis, jadi perlu kita dukung bersama,” ujar Gatot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tingkatkan Daya Saing, Pemkot Jogja Dorong Sertifikasi dan Legalitas Produk UMKM

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Peringatan Hari Kartini 21 April: Youtube Rilis Dokumenter Perempuan Kreator

Hiburan
| Sabtu, 20 April 2024, 06:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement