Advertisement

Stan Lee, Pemikir Ulung yang Mengklaim Sekelas dengan Plato & Socrates

Budi Cahyana
Rabu, 14 November 2018 - 06:25 WIB
Budi Cahyana
Stan Lee, Pemikir Ulung yang Mengklaim Sekelas dengan Plato & Socrates Stan Lee - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Spiderman lahir dengan sukar, disepelekan, dan dianggap tak menarik.

Pada 1962, Stan Lee, editor Marvel Comics, diberi tugas membuat karakter superhero baru untuk meneruskan kesuksesan komik Fantastic Four. Setelah membaca majalah picisan Spider yang terbit selama dekade 1930 sampai 1940, Lee mendapat ilham: menciptakan remaja culun bisa merayap seperti laba-laba dan punya kekuatan layaknya dewa.

Advertisement

Bosnya, Martin Goodman, tak sepakat. “Stan, ini adalah ide paling jelek yang pernah saya dengar. Pertama, orang benci laba-laba, jadi kamu tak bisa memberi nama buku ini Spider-Man. Kedua, mana bisa remaja menjadi superhero? Remaja hanya bisa menjadi teman superhero. Ketiga, superhero tak boleh punya masalah. Siapa coba pahlawan super yang punya problem personal?” kata Lee menirukan ucapan Goodman saat diwawancarai BBC Radio 4, tiga tahun lalu.

Lee kemudian meminta ilustrator yang sudah tujuh tahun bekerja di Marvel Comics, Steve Ditko, untuk menggambar manusia laba-laba. Lee menyelipkan Spiderman dalam edisi terakhir komik Amazing Fantasy pada Agustus 1962. Seri terakhir tersebut laris.

The Amazing Spider-Man terbit perdana pada Maret 1963 dan puluhan tahun berselang, Peter Parker si manusia laba-laba yang awalnya dipandang sebelah mata tidak hanya muncul di komik, tetapi di layar kaca, dan layar bioskop, menginspirasi banyak orang dengan salah satu pasasenya yang paling terkenal, “Tanggung jawab besar muncul bersamaan dengan kekuatan besar.”

Spiderman adalah mahakarya Stan Lee. Peter Parker menjadi figur paling menonjol dari gagasan Lee tentang manusia super berhati mulia. Di era keemasan komik Amerika pada 1930 sampai pertengahan 1950, pahlawan super adalah manusia-manusia unggul ciptaan DC Comics. Mereka lahir dari alam yang berbeda dengan habitat manusia kebanyakan, dengan kekuatan bawaan yang muncul dengan sendirinya, seperti Superman atau Wonder Woman.

Namun, Peter Parker, seperti juga Tony Stark, Doctor Doom, Bruce Banner, adalah manusia-manusia biasa, dengan banyak kelemahan, tetapi kemudian bisa menjadi hebat karena pengetahuan ilmiah.

“Pahlawan yang diciptakan Lee menang dalam pertarungan karena otak, penemuan, inovasi, dan yang paling penting, karena sains,” ujar Damien Walter dalam esainya di The Guardian.

Lee besar dalam gelombang kedua kejayaan komik Amerika yang dikenal dengan istilah Silver Age of Coming Books. New York Times menyebut Lee telah mengubah dunia komik pada era 1960 dan meninggalkan warisan yang sangat besar dalam budaya pop hari ini.

Spiderman, Iron Man, Hulk, X-Men, Thor, hingga Black Panther dikenal nyaris seantero dunia. Mereka menjadi hiburan dan memenuhi hasrat banyak orang terhadap dongeng.

“Saya, anda, kita semua, menyukai dongeng saat kecil. Ketika dewasa, anda meninggalkan dongeng. Anda tak mungkin membaca cerita tentang raksasa, naga, penyihir. Tapi anda tak mungkin membuang begitu saja apa yang anda sukai. Cerita superhero adalah dongeng untuk orang-orang dewasa. Cerita mereka realistis, kecuali kekuatan super yang bisa mengubah dunia seketika. Cerita-cerita ini memberi kesenangan seperti ketika anda mendengarkan dongeng ketika kecil. Ini teori saya, dan ini orisinil. Jadi, saya sekarang sudah selevel dengan Socrates dan Plato sebagai pemikir ulung. Hahaha,” ucap Lee dalam wawancara dengan Forbes beberapa saat setelah film The Amazing Spider-Man dirilis.

Keluarga Imigran Miskin

Lee lahir dengan nama Stanley Martin Lieber pada 28 Desember 1922 di Manhattan, Amerika Serikat. Orang tuanya imigran dari Rumania. Ayahnya, Jack Lieber, penjahit dengan penghasilan pas-pasan dan keluarga Lieber tinggal di apartemen mungil dengan satu kamar. Mereka miskin, tetapi cukup terdidik.

Stanley mulai membaca Shakespeare pada usia 10 tahun, dan memenuhi imajinasinya dengan majalah-majalah picisan, novel-novel Arthur Conan Doyle, Edgar Rice Burroughs, dan Mark Twain.

Stanley lulus dari DeWitt Clinton High School in the Bronx pada usia 17 tahun dan cita-citanya menjadi sastrawan. Namun, kemiskinan memberinya jalan lain. Dia harus mencari uang dan diajak salah satu kerabatnya untuk bekerja di Timely Publications, perusahaan penerbitan yang dua kali ganti nama, menjadi Atlat Comics pada 1950 serta Marvel Comics pada 1960, dan pada 2009 diakuisisi Walt Disney Company sehingga karakter-karakter ciptaan Lee bisa difilmkan berjilid-jilid.

“Saya tak pernah menyangka bakal hidup dari komik. Saya membaca novel, drama, semua literatur. Suatu hari, saya mendengar lowongan di perusahaan penerbitan dan di sinilah saya sekarang. Komik adalah hiburan untuk saya, tetapi hiburan yang makin menarik dari hari ke hari,” kata Lee dalam wawancara dengan The Guardian, November 2015.

Stanley menulis dengan banyak nama pena agar memberi kesan Marvel Comics punya banyak penulis. Ini penting dilakukan karena Marvel bersaing ketat dengan DC Comics di pasar komik Amerika Serikat.

Pada 1970, Stanley kemudian memutuskan memakai satu nama pena, Stan Lee, untuk tiap karya yang dia bikin bersama beberapa ilustrator Marvel seperti Steve Ditko dan Jack Kirby.

Pada 1980, Lee pindah ke Los Angeles untuk mengembangkan jaringan Marvel di industri televisi Amerika. Atas kerja kerasnya membawa pahlawan-pahlawan super Marvel ke layar kaca, pada akhir dekade 1990, Lee menjadi chairman emeritus di Marvel.

“Saya ingin membuat lebih banyak film, serial televisi, DVD. Saya ingin lebih banyak mengisi ceramah. Masalahnya adalah waktu. Saya harap punya lebih banyak waktu,” kata Lee dalam film dokumenter With Great Power: The Stan Lee Story yang ditayangkan pada 2010.

Setahun belakangan, dia bergelut dengan radang paru-paru. 12 November 2018, waktu untuk Stanley Lieber alias Stan Lee habis. Dia meninggal dunia di Rumah Sakit Cedars-Sinai, Los Angeles, Amerika Serikat, dalam usia 95 tahun.

“Sebagai pemimpi yang menghadirkan mitos modern ke dunia nyata, Stan Lee akan dikenang sebagai salah satu pahlawan sastra terhebat,” tulis The Guardian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Bandara YIA Rabu 24 April 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement