Advertisement

Angkat Kisah Mangir, Mahasiswa UNY Pentaskan Naskah Pramoedya Ananta Toer

Bhekti Suryani
Minggu, 23 Desember 2018 - 05:50 WIB
Bhekti Suryani
Angkat Kisah Mangir, Mahasiswa UNY Pentaskan Naskah Pramoedya Ananta Toer Drama kolosal Mangir dan Rahim Semesta - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2016 akan menggelar pentas drama kolosal pada Minggu (30/12/2018) mendatang. Pentas yang akan diselenggarakan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) tersebut merupakan bagian dari mata kuliah pentas drama.

Pentas tersebut digelar mahasiswa dari tiga kelas mata kuliah pentas drama yang tergabung dalam satu kelompok besar bernama Teater Mirat.

Advertisement

Pentas drama kolosal tersebut sekaligus menjadi malam puncak dari serangkaian acara Bulan Bahasa Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) yang digelar sejak awal Oktober lalu.

Dalam pentas drama kolosal kali ini kelompok Teater Mirat mengadaptasi naskah Mangir karya sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer. Teater Mirat mengusung judul Mangir dan Rahim Semesta.

Naskah ini menceritakan sebuah tempat bernama Mangir. Tidak seperti daerah lainnya di Kerajaan Mataram, Mangir merupakan daerah perdikan atau daerah bebas pajak pada masa kekuasaan Panembahan Senopati.

Hal ini membuat Panembahan Senopati geram sehingga berencana menaklukkan daerah Mangir. Ia menggunakan berbagai cara untuk memperoleh kekuasaan tunggal atas Mangir bahkan dengan mengorbankan putrinya sendiri yaitu Pambayun.

Ada satu sisi dalam naskah ini yang jarang diangkat dalam pementasan Mangir yang ada sebelumnya. Padahal sisi tersebut sangat kuat, yaitu kekuatan perempuan dalam kekuasaan, dalam hal ini Pambayun.

Kebanyakan orang ketika dihadapkan pada cerita Mangir pasti akan selalu mengingat peristiwa di mana Ki Ageng Mangir dibunuh oleh Panembahan Senopati. Padahal jauh dari itu, banyak nilai-nilai yang justru lebih baik untuk diangkat.

Ahmad Hayya, sutradara dalam pementasan drama kolosal tersebut mengatakan, ia ingin belajar tentang nilai-nilai yang diangkat dalam Mangir, khususnya tentang perempuan dan kekuasaan pada saat itu.

“Saya tidak berharap pementasan ini bagus dan akan dikenang,” kata Ahmad Hayya melalui rilis yang diterima Harianjogja.com, Sabtu (22/12/2018). Akan tetapi lebih dari itu, ia selalu berharap di setiap pementasan akan banyak pembelajaran yang bisa diambil.

Menurutnya bagus atau jelek sebuah pementasan adalah hak penonton yang menikmati. “Namun kami dan seluruh anggota tim akan bekerja keras untuk menyajikan yang terbaik,” kata dia. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Catat! Tarif Parkir Kendaraan Bermotor di Lokasi Wisata Wilayah Bantul

Bantul
| Sabtu, 20 April 2024, 12:17 WIB

Advertisement

alt

Peringatan Hari Kartini 21 April: Youtube Rilis Dokumenter Perempuan Kreator

Hiburan
| Sabtu, 20 April 2024, 06:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement