Advertisement
KPU Ajak Mahasiswa Cerdas Menjadi Pemilih Pemula
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL--Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta (KPU DIY) mendorong mahasiswa menjadi pemilih pemula yang cerdas, saat memberikan suara dalam Pemilu 2019.
Komisioner KPU DIY Siti Ghoniyatun menjelaskan untuk menjadi pemilih yang cerdas, anak muda harus memiliki modal pengetahuan, kemampuan dan kesadaran berpolitik.
Advertisement
Kesadaran politik dan pemilu ini bisa dibangun, salah satunya dengan mengerti hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam pemilu. Setiap warga Indonesia berhak memilih paslon yang mau ia pilih dan berkampanye mendukungnya. Namun tetap wajib menaati tata tertib yang berlaku dalam pelaksanaannya. Sekaligus terlibat dalam membangun pengetahuan politik di tengah masyarakat.
"Karena tanggung jawab untuk menciptakan atmosfer pemilu yang sehat adalah kewajiban kita sebagai masyarakat Indonesia," ujar dia, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (5/4/2019).
Menjelang pemilu, banyak sekali indikasi yang menunjukkan persaingan yang tidak sehat. Ada banyak bentuk kampanye hitam terjadi. Mulai dari hoaks, politisasi SARA hingga ujaran kebencian.
“Hal itu bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan, padahal tujuannya adalah menghadirkan pemilu yang sehat. Maka, untuk mencapai hal tersebut salah satunya adalah dengan menjadi pemilih yang cerdas politik,” tambah dia.
Dalam Pemilu, suara para pemilih akan menjadi poin utama dalam pemilu tersebut. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama para generasi muda, pemilu ini akan menjadi momen pertama mereka dalam turut serta menentukan masa depan negara.
Berdasarkan data milik Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), ada 5.035.887 orang pemilih pemula pada Pemilu 2019 yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 189.000 di antaranya merupakan pemilih pemula di DIY.
Dosen Ilmu Hukum UMY Tanto Lailam mengatakan menjadi pemilih cerdas berarti memilih pemimpin dengan menggunakan akal sehat dan hati nurani.
Menurut dia, memilih dengan akal sehat yaitu memilih menggunakan penilaian yang objektif, tanpa dipengaruhi oleh faktor uang, hubungan kekerabatan, suku, daerah, agama dan lainnya.
Sedangkan memilih dengan hati nurani, berarti pemilih harus melihat dengan hati nurani, siapa sebenarnya calon yang akan dipilih, bagaimana kualitas moralnya, kualitas intelektualnya dan keterampilan profesional yang dimiliki.
"Untuk menjadi pemilih cerdas kita harus mengenali calon sebelum menentukan pilihan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
    
        Penataan Jalur Gose-Palbapang, Target Dua Lajur hingga Dongkelan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mengenal Jenis Latto-Latto, Ada yang Bisa Menyala hingga Berukuran Jumbo
 - Perusahaan Ini Bikin Kostum Serigala yang Mirip Aslinya, Terjual Seharga Rp350 Juta
 - Hanya Kover 10 Persen, Warganet Soroti Asuransi Indra Bekti
 - Foo Fighters akan Comeback Meski Tanpa Sang Drummer
 - Jadi Sorotan Warganet, Inilah Profil Aldila Jelita, Istri Indra Bekti
 
Advertisement
Advertisement



            
