Advertisement

"Wajah Indonesia" dalam Pekan Kebudayaan Nasional

Reni Lestari
Senin, 07 Oktober 2019 - 17:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Karya Maharani Mancanagara, salah satu perupa dalam pameran seni rupa "Wajah Indonesia". Foto: Galeri Nasional Indonesia

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Dalam rangka ikut meyemarakkan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 bertajuk "Ruang Bersama #indonesiabahagia" pada 7-13 Oktober 2019 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Galeri Nasional Indonesia (GNI) menggelar pameran seni rupa bertajuk "Wajah Indonesia". 

Pameran seni rupa ini menampilkan keragaman ekspresi manusia Indonesia dari berbagai latar belakang wilayah melalui multiinterpretasi wajah. Hal tersebut diterjemahkan ke dalam 41 karya seni rupa yang terdiri atas, lukisan, keramik, dan drawing.

Advertisement

Karya seni yang ditampilkan merupakan hasil olah artistik 41 perupa dari 20 provinsi di Indonesia, antara lain Aceh, Sumatra Utara, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Selain itu, juga ditampilkan karya-karya sketsa serta video dokumentasi sketsa hasil kegiatan Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, video dokumentasi karya koleksi Galeri Nasional Indonesia, dan video dokumentasi karya Festival Seni Rupa Anak Indonesia "Main", yang dipilih berdasarkan pertimbangan kuratorial.

Bertindak sebagai kurator pameran yakni Sudjud Dartanto dan Teguh Margono. Pameran ini dengan sengaja memberi perhatian pada pokok wajah, terkait dengan semangat tema umum Pekan Kebudayaan Nasional 2019 yang menampilkan berbagai hasil produk kebudayaan, termasuk dalam konteks pameran ini adalah tafsir wajah dalam praktik seni rupa sebagai produk kebudayaan di Indonesia.

"Wajah Indonesia" dimaksudkan untuk membuka apresiasi atas keragaman ekspresi dari para seniman, serta mengenali berbagai tafsir wajah manusia Indonesia secara lebih personal.

"Kita tahu tradisi menggambar, melukis atau merepresentasikan wajah atau potret ini dinamis. Dalam ranah seni rupa atau visual, penggambaran wajah atau potret mengalami puncak ‘realisme/realistik’-nya pada era revolusi fisik, dan sebelumnya dengan citra ‘molek’ pada era romantisisme di Hindia Belanda saat nama Indonesia belum ada," kata Sudjud.

Dia melanjutkan, melalui wajah dalam bahasa rupa, pengunjung akan mendapat pengetahuan tentang berbagai gagasan penggambaran wajah. Selain itu, penikmat seni juga dapat ikut merasakan ekspresi yang ditimbulkan oleh para perupanya dengan lebih personal, melalui bahasa material, ungkapan warna, karakter garis, bentuk tekstur, berbagai ritme, dan irama komposisi.

Selain pameran, gelaran ini juga diramaikan dengan "Sketsa Bersama Publik" oleh sketchers dan Komunitas Sketsa Indonesia. Acara yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat umum ini berlangsung selama pameran. "Sketsa Bersama Publik" mengajak para pengunjung PKN terutama pengunjung Pameran "Wajah Indonesia" untuk sketsa bersama merespons suasana atau peristiwa selama PKN berlangsung.

Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto berharap, pameran yang mengeksplorasi beragam medium ini dapat memberikan inspirasi, memicu sikap kritis, memunculkan motivasi, serta mengembangkan kreativitas, baik dalam bidang seni rupa maupun bidang-bidang lainnya.

"Lewat pameran ini, publik juga diharapkan dapat memaknai kembali identitas Indonesia yang terangkum dalam ‘wajah-wajah Indonesia’ yang ditampilkan lewat karya seni rupa. Dari ‘wajah-wajah’ yang beragam tersebut, diharapkan muncul adanya sikap saling pengertian dan saling menghargai sehingga dapat terwujud cita-cita menuju Indonesia Bahagia," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement