Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 049
Advertisement
049
“Engkau pintar menerka pikiran orang, Jeng Latri. Dari bisikan siapa, engkau tahu bahwa aku sedang melamunkan bidadari?” Damar tersenyum membuat mukanya semakin tampan. Ada dekik di kedua pipinya jika ia tertawa.
Latri menggunakan jari telunjuknya yang mungil menuding ke air yang mengalir santai.
Advertisement
“Kangmas duduk di sini. Aku pun berada di hilir sungai. Dan riak yang datang memberi kabar padaku bahwa di hulu ada seorang pemuda sedang memimpikan kekasih hatinya. Segera aku kemari, ehh, ternyata Kangmas yang memendam rindu asmara,” Latri cekikikan, namun bola matanya yang indah kelihatan basah.
Damar memandang Latri dengan takjub. Selain ayu, luwes, berbudi halus, santun, gadis ini juga pandai merangkai kata-kata. Latri juga dengan berani balas memandang Damar, dengan tatapan menantang.
“Engkau cerdik layaknya dewi kayangan, Jeng Latri. Sulit aku mengibaratkan engkau ini siapa? Dewi Ratna, Batari Uma, Dewi Laksmi? Tolong dengan mata batinmu yang lantip, tebak siapa bidadari yang kurindukan siang malam itu? Dan berkenankah bidadari tadi menerima cinta yang kupersembahkan untuknya?”
Mendengar kelakar pemuda yang dalam keseharian pendiam itu, sepasang mata Latri ber seri. Ia kelihatan gembira, meski juga ada sedikit kebimbangan.
“Duduk yang tenang, Kangmas. Aku terawang dulu, Kangmasku yang malang,” Dengan pipi kemerah-merahan Latri duduk di dekat Damar, juga menghadap ke air yang gemericik.
“Bagaimana caramu menerawang?” tanya Damar kali ini dengan muka bodoh.
“Sebentar. Jangan ganggu aku. Lihat aku sedang memusatkan pikiran,” Latri memandang air sungai yang tenang itu. Damar tanpa sadar ikut memandang sungai.
“Ohhh,” desis Latri menangkupkan kedua tangan.
“Ada apa Jeng?” Damar menengok ke sungai. Tidak ada apapun di sana.
“Ehmmm. Bidadari itu pun kangen padamu, Kangmas.”
“Benarkah? Engkau yakin?”
Latri mengangguk, sekali ini dengan tersipu-sipu.
“Apa buktinya?” Damar penasaran. Matanya kembali melihat sungai.
“Buktinya bidadari itu mendatangi Kangmas yang sedang merindukannya.”
Damar cepat menengok. Memandang lekat gadis ayu itu yang tetap saja jelita meski dari samping. Tanpa sengaja tangan kekarnya memegang pundak Latri yang halus.
“Jeng Latri, engkau tidak bercanda?”
Gadis itu tertawa manja.
“Tentu saja benar. Aku tidak bercanda, juga tidak dusta,” Latri kemudian pura-pura heran dan menepis dengan halus tangan Damar.”Kangmas yang sedang gandrung dengan bidadari, eh, mengapa pundakku yang kau pegang? Tidak salahkah itu?”
“Mana mungkin aku salah?” Damar tidak melepaskan tangan, malah semakin erat.
“Engkau yang barangkali salah menerawang. Benarkah bidadari yang aku impikan sudi membalas cintaku?”
Latri mengangguk pasti. Ia pura-pura melihat sungai, diikuti Damar.
“Terawanganku tidak pernah keliru. Bidadari itu betul-betul mencintaimu.”
“Jeng Latri!” Damar tidak sadar mengeraskan pegangannya membuat Latri meringis.
“Ehh, Kangmas, aku sudah membantumu menerawang. Tapi balasanmu malah membuat aku kesakitan.”
“Maafkan aku diajeng,” Damar melepaskan tangannya dari pundak Latri, tapi kemudian memegang kedua tangan gadis itu dengan mesra.
BERSAMBUNG: Sandyakala Ratu Malang-Bagian 050
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Persaingan Antarkampus di DIY Makin Ketat, ITNY: Jadi Motivasi Positif
Advertisement
Jarang Disorot Media, Ternyata Ini Tunangan Lady Gaga, Punya Kekayaan Capai Rp9,8 Triliun
Advertisement
Berita Populer
- Mengenal Jenis Latto-Latto, Ada yang Bisa Menyala hingga Berukuran Jumbo
- Perusahaan Ini Bikin Kostum Serigala yang Mirip Aslinya, Terjual Seharga Rp350 Juta
- Hanya Kover 10 Persen, Warganet Soroti Asuransi Indra Bekti
- Foo Fighters akan Comeback Meski Tanpa Sang Drummer
- Jadi Sorotan Warganet, Inilah Profil Aldila Jelita, Istri Indra Bekti
Advertisement
Advertisement