Advertisement

Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 124

Joko Santosa
Senin, 26 Oktober 2020 - 23:47 WIB
Budi Cahyana
Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 124 Sandyakala Ratu Malang - Harian Jogja/Hengki Irawan

Advertisement

124

“Masih terngiang di telingaku ucapan eyang Suryadharma. Anak kita akan kena karma jika tidak menjadi muridnya. Aku benar-benar ngeri, Kangmas. Anak macan itu mati oleh anak panahmu. Jangan-jangan, ahh..” Gayatri menutupi mukanya dengan kedua tangan.

Advertisement

“Ada aku di sini, Yayi. Tidak ada yang ditakutkan. Siapa yang dapat mengganggu anak kita? Para pengawal di sini juga terlatih.” Demang Martapura membesarkan hati istrinya.

“Tapi, tapi ..” suara Gayatri berubah. Masih gemetar tapi bukan takut, melainkan mabuk kepayang yang selalu datang jika suaminya menciumi tengkuk dan lehernya dengan lembut. Ada tiga titik “kelemahan” Gayatri selain tengkuk dan leher, yaitu ketiak yang kini diraba-raba oleh suaminya. Demang Martapura paling suka membelai rambut ketiak Gayatri yang lebat.

“Kangmas, ahhh, kangmas akan pergi dari Tembayat, kita..?”

Demang Martapura sejenak menghentikan belaiannya.

“Pergi ke mana Yayi? Eyang Suryadharma kepincut dengan keberanian, kebersihan serta bakat Lohgawe. Beliau ingin sekali mengambil murid. Lalu aku ditakut-takuti seperti anak kecil saja.” Demang Martapura tertawa hanya untuk menutupi kecemasannya.

Sejak demang itu bertemu eyang Suryadharma, melihat kadigdayannya, aura wibawanya, dan “nubuat”-nya, ia galau dan tidak mampu mengusir bayang-bayang kakek sakti itu. Itulah sebabnya ia mencari “perlindungan” kepada istriinya, kepada orang yang paling dicintai di alam semesta ini, dan karam dalam samudra cintanya yang tak bertepi.

Mereka tidak bercakap-cakap lagi. Tidak ada yang perlu dipercakapkan saat itu. Wayah lingsir wengi, malam menjadi nyenyat. Iklim di Tembayat sedang bediding di awal kemarau, dan bagi mereka yang berkeluarga di malam “nggregesi” itu hanya satu kata paling baik: kelonan.

*******

DEMANG Martapura adalah seorang manusa gemblengan. Ia dan lurah Kertapati bisa dibilang sak banyon: satu perguruan. Guru mereka kakak adik, maka Resi Kamayan praktis juga paman gurunya. Yang membedakan keduanya, kalau lurah Kertapati ambisius, mata keranjang, dan menghalalkan semua cara demi mencapai penggayuhnya. Sedangkan Martapura cenderung pendiam, menyikapi derajat pangkat semat benar-benar sebagai amanat, dan bukan jenis manusia yang netranya berminyak jika melihat wanita macak. Dan mengabdi jalan dharma.

Akan halnya Gayatri, gadis cantik merak ati, menjadi rebutan Kertapati dan Martapura. Jika Kertapati terang-terangan menyatakan cinta, sementara Martapura menunjukkan tresnanya dengan sikap halus lembut. Barangkali memang sudah jodohnya, atau Gayatri merasakan adanya “chemistry” berdekatan dengan Martapura, maka ia memilih pemuda pendiam itu sebagai suami. Sedikit banyak hal ini menimbulkan dendam di hati Kertapati, yang kian menjadi-jadi dengkinya ketika Martapura diangkat sebagai demang di Tembayat. Dua kali ia kalah: merebut hati Gayatri dan menjadi demang yang sangat diimpikan. Membuat kesumatnya sampai ujung rambut. Tapi, ia bisa berbuat apa? Dendam untuk sementara ditabung jauh di dasar hati.

Betapapun menepnya, demang Martapura tetap manusia yang tidak luncas dari khilaf. Ia makhluk lemah, yang kedua kaki dan tangannya terbelenggu oleh gari yang kuat yaitu kasihnya terhadap istri dan anak. Di dalam dekapan Gayatri, yang juga mencintainya sepenuh jiwa raga, demang itu tenggelam dalam lautan nafsu asmara, menyeret pula istrinya, sehingga mereka lupa akan segala kekhawatiran. Semalaman mereka mabuk wiski birahi, dan akhirnya tertidur pulas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Rabu 24 April 2024

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 01:57 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement