Advertisement

Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 150

Joko Santosa
Jum'at, 27 November 2020 - 23:47 WIB
Budi Cahyana
Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 150 Sandyakala Ratu Malang - Harian Jogja/Hengki Irawan

Advertisement

150

Kedua telapak tangan itu merah bagaikan besi dibakar. Sang resi bertepuk tangan. Dan terdengar ledakan disusul bunga api berpijar terang. Ia maju menubruk dengan kedua tangan memukul Lohgawe yang terpaksa menyambut dengan dua tangan pula karena sudah tidak ada kesempatan menghindar.

Advertisement

“Dessssss..” Dua tenaga dahsyat bertemu. Dari tangan Resi Kamayan keluar percikan api disusul tubuhnya mundur sejangkah. Lohgawe juga mundur dua langkah terdorong tenaga lawan yang bukan main kuatnya.

“Anak muda, hanya sebegitu saja kekuatanmu?” Resi Kamayan kembali menerjang.

Resi cerdik ini langsung paham dalam dua kali beradu tenaga ia menang selapis, maka Lohgawe tidak diberi kesempatan membalas, dan setiap tangkisan membuatnya sempoyongan. Demang Kertapati merasakan hal sama. Mereka tidak menyadari sesungguhnya Lohgawe sedang mengukur kemampuan lawan. Ia memang tidak terburu-buru mengeluarkan tenaga cadangan meskipun ia jauh lebih muda dibandingkan lawan-lawannya.

Resi Kamayan berputar-putar dan bagai puting beliung ia menerjang. Hebat bukan main serangan ini. Tubuhnya menyerupai gasing sehingga kaki tangannya seolah berubah menjadi banyak dan menyerang Lohgawe dari delapan arah. Bertubi-tubi datangnya pukulan, tamparan, cengkeraman, dan tendangan yang dilakukan oleh banyak tangan dan kaki itu. Setiap pukulan mengandung tenaga dahsyat. Daun-daun kering yang berserakan di atas tanah terbawa pusingan angin yang diakibatkan tubuh sang resi ini sehingga tubuh mereka terselimut oleh ribuan daun dan debu yang membubung ke atas berputar-putar.

Kiprah demang Kertapati tidak kalah ganas dengan paman gurunya. Ia berhati-hati dalam setiap gerakan untuk menghemat tenaga. Pada saat tepat, ketika Lohgawe sibuk mengelak atau menangkis yang membuatnya terkemut-kemut barulah demang itu melancarkan pukulan yang dilambari ajian sima candramawa.

“Plakk! Desss!”

Tamparan Resi Kamayan ditangkis Lohgawe dan selagi ia sempoyongan kesempatan ini digunakan demang Kertapati menghantam pundaknya. Lohgawe terhuyung-huyung tapi dengan tangkas berjungkir balik ke belakang tiga kali, dan kembali berdiri tegak. Dua serangan dahsyat itu memang tidak membuatnya terluka karena ia sudah memagari diri dengan ajian tameng waja. Toh demikian tulang pundaknya terasa ngilu. Bangkitlah kemarahan Lohgawe sehingga ia mulai menyalurkan tenaga cadangan yang dilatih khusus di bawah bimbingan Kaki Suryadharma.

“Bocah keparat, engkau menyerah kalah?” Demang Kertapati sengaja membuat panas.

“Kertapati. Yang paling aku takutkan hanya jika aku khilaf menyeleweng dari paugeran. Menggunakan kekuasaan bertindak sewenang-wenang adalah penyelewengan paling parah. Dari pemaksaan kehendak inilah timbulnya kerusakan tatanan semesta,” kata Lohgawe tenang. Dada demang Kertapati berdesir. Diam-diam ia kagum melihat telatah musuhnya ini. Dan ia sepintas melirik kembali Kaki Suryadharma. Tokoh sakti itu masih terlelap dalam semadi.

“Kematian di depan mata, engkau masih cerewet. Tampaknya engkau kangen menyusul arwah bapa ibumu di neraka?” Tawa demang itu menyakitkan sekali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Pemadaman Jaringan Listrik di Kota Jogja Hari Ini, Cek Lokasi Terdampak di Sini

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 06:27 WIB

Advertisement

alt

Dipanggil Teman oleh Bocah Berusia 2 Tahun, Beyonce Kirim Bunga Cantik Ini

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement