Advertisement

Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 167

Joko Santosa
Rabu, 23 Desember 2020 - 23:47 WIB
Budi Cahyana
Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 167 Sandyakala Ratu Malang - Harian Jogja/Hengki Irawan

Advertisement

167

Ombak bercanda dengan batu karang, kadang seolah membelai mesra, tapi di kesempatan lain menghantam dengan suara menggelegar lalu air muncrat ke atas mencipta warna pelangi. Di sepanjang tepian pulau, air laut membuih putih. Dinding batu karang yang tersebar itu bentuknya aneh-aneh, berlubang-lubang seperti perkampungan para iblis penjaga pulau. Darsi bergidik.

Advertisement

Setelah dekat dengan daratan yang berbatu tajam, Darsi mempercepat luncuran papan itu dengan mengayuh sekuatnya. Mendadak matanya memandang air laut dengan muka pucat. Bibir Darsi bergetar,

“Ular..” Banyak sekali ular berenang di dekatnya. Beda dengan laticauda, varian belcher (hydrophis belcheri) yang bermuasal dari famili Elapidae merupakan ular laut paling mematikan di dunia, bahkan (konon) setetes bisa dari ular belcher dapat membunuh manusia hitungan menit.

Ular-ular itu marah karena ada makhluk asing mengusik habitatnya. Ada empat ekor ular sebesar jari telunjuk melompat ke papan kayu. Darsi tidak mampu menghindar. Seekor ular yang paling besar menggigit leher Darsi, dua ekor lainnya mengerkah tangan dan seekor lagi menokak kakinya.

“Aduh!” Digigit empat ekor ular belcher, Darsi serasa disengat halilintar. Muka pucatnya berubah merah padam. Ia seperti gila. Mulutnya tertawa, menangis, lalu dengan beringas tangan kanan Darsi merenggut ular yang menempel di lehernya, kemudian didekatkan mulut, dan ular nahas itu digigit lalu dimakan dengan lahap. Matanya merem melek. Darsi tertawa lalu menangis sambil memegangi bangkai ular. Bibirnya berlepotan darah. Tiga ekor ular masih bergantungan di tangan dan kakinya.

Darsi kini benar-benar gila. Ia berlari ke sana sini, terhuyung-huyung sambil makan ular. Tiga ekor ular yang tadi mengerat tangan dan kakinya bernasib buruk. Semua disantap sepotong sepotong. Sekarang bibir dan muka Darsi penuh darah hingga dagu serta kedua tangannya.

“Panas. Panas sekali. Modar aku.” 

Darsi sempoyongan tanpa arah. Pemandangan saat itu sangat menggiriskan bahkan iblis pun mungkin ketakutan melihatnya. Darsi tersaruk-saruk tanpa sengaja menuju tengah pulau ular yang menyerupai bukit. Ia tidak sadar apa yang dilakukannya.

Paras Darsi berubah-ubah. Sesaat mukanya pucat pasi seperti orang mati; tapi beberapa waktu kemudian berubah merah magenta. Matanya melotot liar. Napasnya kadang megap-megap namun tangannya dengan kuat menggenggam bangkai ular. Ia terus mengunyah sambil tertawa.

Darsi sampai di depan mulut gua yang menjadi sarang ular helcher. Belum habis daging ular keempat masuk tenggorokannya, Darsi terguling. Pingsan.

Kita takjub mengikuti perjalanan Darsi yang penuh variasi. Ia penyintas jantung koroner, bahkan diperberat dengan raja singa. Ia hanyut dipermainkan gelombang ganas samudra. Digigit ular super berbisa macam helcher. Lalu makan mentah-mentah empat ekor daging ular. Peristiwa demi peristiwa tidak membuatnya meregang nyawa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Wanita Berkebaya Gelar Aksi dengan Mata Tertutup di Tugu Jogja, Merespons Jelang Pembacaan Putusan MK

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 23:27 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lagu Kristen Tak Terbatas, Tuhan Akan Angkat Kamu From Mess to Masterpiece!

Hiburan
| Jum'at, 19 April 2024, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement